Harga Ayam di Peternak Naik, Karkas di Pasar Stabil

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Jakarta--"Alhamdulillah kemarin harga di Bogor sudah Rp. 17.000 tergantung lokasi, dan hari ini dicoba menuju ke 18.000" kata Alvino Wakil Sekjen Perhimpunan Peternakan Unggas Nusantara (PPUN). Sementara Parjuni, Ketua Pinsar Jawa Tengah menyampaikan bahwa harga LB di Jateng sudah mencapai harga Rp. 17.000-18.000. Munawir peternak ayam broiler dari Pasuruan Jatim menyatakan harga LB terus membaik, saat ini sdh mencapai Rp. 17.000

"Terima kasih saat ini harga sudah membaik, berkat bantuan bapak kami sudah bisa bernafas. Mudah-mudahan dengan program-program lanjutan akan menjadi lebih baik lagi perunggasan di Indonesia" lapor peternak Sidoagung Jateng kepada I Ketut Diarmita, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2/7).

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian (Kementan), Sugiono menjelaskan bahwa kenaikan ayam potong di tingkat peternak yang berlangsung sejak tiga hari lalu tidak akan berpengaruh pada kondisi harga ayam daging di tingkat konsumen.

"Tidak ada pengaruhnya karena harga ayam hidup di peternak sama harga daging di konsumen itu beda acuanya," ujar Sugiono, Selasa (2/7).

Sugiono mengatakan, sebaiknya masyarakat tak perlu khawatir dengan kenaikan yang terjadi pada ayam potong di tingkat peternak. Sebaliknya, semua pihak harus bisa menjaga kondisi ini agar bertahan selama mungkin.

"Kalau bisa kenaikan ini terkendali supaya kesejahteraan peternak juga meningkat dan konsumen senang. Kalau harga di pasaran harus stabil terus. Itulah yang kita harapkan bersama," katanya.

Sementara untuk kondisi harga yang mengalami disparitas, Sugiono berharap ada tindakan tegas dari penegak hukum kepolisian, KPPU,  maupun pengawas di kementerian lain kepada broker atau bakul yang bermain di hilir.

"Mereka yang mempermainkan harga harus ditindak tegas karena sangat merugikan masyarakat. Artinya kalau masih ada yang begitu harus ditindak tegas baik pidana maupun sangsi lainya," katanya.

Sementara di sisi produksi, kata Sugiono, tiga provinsi di pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah masih mendominasi usaha peternakan ayam rakyat. Dari tiga daerah ini, populasi ayam terus surplus hingga harus dilakukan pengiriman ke daerah lain.

"Tapi sekarang di luar pulau Jawa, seperti di Papua, Kalimantan dan daerah lain juga mulai menunjukan perkembangan ternak yang sangat baik. Tentu ke depan wilayah lain juga menjadi sentra demi terwujudnya pemerataan," katanya.

Sebelumnya, dikatakan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani bahwa ada kenaikan harga ayam hidup atau live bird (LB) di tingkat peternak pada beberapa hari terakhir.

"Alhamdulillah, harga LB perlahan sudah naik, hal ini membuktikan upaya bersama Kementan bersama stakeholder perunggasan mulai membuahkan hasil," ujarnya.

Harga serupa juga terjadi  di tiga wilayah sentra produksi ayam potong, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sejauh pantauan tim monitoring dan investigasi Kementan, tiga wilayah itu mengalami kenaikan.

Data Petugas PIP Ditjen PKH pada tiga Provinsi mencatat harga Live Bird (LB) sebesar 5,7 persen dari harga Rp 12.300 menjadi Rp 13.000 harga tersebut berlangsung di wilayah Jawa Barat. Hal serupa juga terjadi di Jawa Tengah dimana ada peningkatan harga LB sebanyak 8,5 persen dari Rp 8.431 menjadi Rp 9.167, sementara di Jawa Timur kenaikan harga LB sebesar 14,2 persen dari harga Rp 10.191 menjadi Rp 11.636.(R/Rajendra)